Sabtu, 20 November 2010

cerpen part 2

Malam Ini Hujan

pagi hari, 2 minggu yang lalu
Kantin, 07.30 a.m

Aku menyelesaikan essay 20 halaman yang ditugaskan dosen 2 minggu yang lalu. Teh dingin yang baru saja kubeli sudah habis separuh. Sebenarnya aku butuh kopi, lebih bagus lagi susu cokelat, tapi sepagi ini? Tugas itu baru dikumpulkan setengah 10 nanti, masih ada 2 halaman dan aku ketiduran. Oke, mahasiswa juga manusia biasa yang butuh tidur.
Laptop itu diletakkan begitu saja didepanku.
“ Ngerjain sendiri nggak asyik, kamu ada tugas?”
Dia! Di depanku!
“Iya, tapi tinggal nyelesein aja, kamu?”
“Aku mau ngedit laporan kunjungan lapangan kelas kami kemarin, harus dikumpul nanti.”
Dia tersenyum, aku tersenyum, dan obrolan mengalir menemani kami dalam tugas masing- masing.

sore harinya
Kamar, 17.00 p.m

Entah apa yang ada di pikiranku, yang jelas, kini aku mulai mencuri- curi waktu kuota internet untuk melihat profilnya, tanpa berani meninggalkan jejak. Call me stalker! Tapi aku tidak mengingkarinya, aku jatuh cinta.

Aku suka caramu membuatku tersenyum
Saat hari ku kelabu
Aku suka caramu tertawa riang
Saat kau datang menyambutku

Aku suka semua perhatianmu
Aku suka caramu menjaga diriku
Aku suka semuanya tentangmu (Abdul and The Coffee Theory – Aku Suka Caramu)

malam hari, 13 hari yang lalu
Kamar, 21.00 P.M

Kami ngobrol via chatting di GTalk. Entah darimana dia menemukan akunku. Sapaannya membuatku girang luar biasa. Hey, ini saat yang tepat untuk memberinya sinyal!
Malam hari, 12 hari yang lalu
Kamar, 21.00 P.M
Kami ngobrol via chatting di GTalk. Lagi. Lebih banyak obrolan mengalir melalui jari- jari jatuh cintaku. Aku memberinya sinyal samar yang kuharap ia menyadarinya. Bukan aku jika merangsek maju, aku tidak ingin terlihat berharap. Yang kuinginkan, jika dia sadar, dialah yang bergerak.

Malam hari, 10 hari yang lalu
Kamar, 22.30 P.M

Aku menelepon sahabatku. Dia yang selalu tahu pertama kali segala masalahku, dan aku memberitahunya aku jatuh cinta. Dan dia memberiku banyak masukan berharga.
“Hmm, kamu yakin bener kamu suka sama dia?”
“Seneng juga sih, kalo diajak ngobrol gebetan, haha.”
“Kalo orang lagi jatuh cinta emang segalanya terasa indah, hmm, tapi hubungan bakal terasa dangkal kalo kalian belum terlalu deket. Kalian beru sebatas ngobrol doang kan?”
“Sampe dia belum bilang kalo dia suka, berarti belum ada rasa”
“Jangan berharap terlalu tinggi ya, mungkin kalian udah sering bareng, tapi kita nggak tahu dalemnya dia, ntar jatuhnya sakit banget lho.”
“Aku tahu, kamu lagi suka sama dia, tapi jangan terlalu fokus, aku liat kamu terlalu terpaku. Padahal masih banyak lho kesempatan di luar sana”
Aku lega sudah bercerita. Aku mulai berpikir dan mengikuti nasihatnya. Di sisi lain, aku tetap jatuh cinta.

sore hari, 2 jam yang lalu
Kamar, 18.00 P.M

Gerimis turun dari tadi siang, kadang berhenti, kadang turun lagi. Cuaca jadi agak gerah dan aku memutuskan untuk mandi, lengkap dengan treatment menyeluruh. Selesai mandi, dengan kepala masih berbungkus handuk, aku menyalakan komputerku.
Mengecek jejaring sosial, menulis apa yang ingin kutulis di MicrosoftWord dan menyimpannya di folder khusus, mengunggah beberapa file, dan mendengarkan lagu favorit. Masih lagu yang sama, lagu yang kuputar terus menerus selama hampir 2 minggu ini. Kemudian kubuka jendela Facebookku
News Feed Top News . Most Recent
What’s on your mind?
______________________________________________________________________
__________________________________________________________
Reynald went being “Single” in to” In Relationship”
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________

sore hari, detik ini
Kamar, 20.13.57

Malam ini hujan. Aku berbaring di lantai. Aku lupa mengaktifkan fitur repeat pada player komputerku, lagu yang menjadi favoritku sampai 2 jam yang lalu telah berganti dengan lagu yang lain. Pelan- pelan aku menyenandungkan diantara diam menyengat selama 2 jam. Aku sudah tak sanggup menangis. Aku patah.

Drew looks at me
I fake a smile so he won't see
What I want and I need
And everything that we should be

I'll bet she's beautiful
That girl he talks about
And she's got everything
That I have to live without

Drew talks to me
I laugh 'cause it's just so funny
I can't even see
Anyone when he's with me

He says he's so in love
He's finally got it right
I wonder if he knows
He's all I think about at night

He's the reason for the teardrops on my guitar
The only thing that keeps me wishing on a wishing star
He's the song in the car I keep singing
Don't know why I do

Drew walks by me
Can he tell that I can't breathe?
And there he goes, so perfectly
The kind of flawless I wish I could be

She better hold him tight
Give him all her love
Look in those beautiful eyes
And know she's lucky 'cause

He's the reason for the teardrops on my guitar
The only thing that keeps me wishing on a wishing star
He's the song in the car I keep singing
Don't know why I do

So I drive home alone
As I turn out the light
I'll put his picture down
And maybe get some sleep tonight

'Cuz he's the reason for the teardrops on my guitar
The only one who's got enough of me to break my heart
He's the song in the car I keep singing
Don't know why I do

He's the time taken up but there's never enough
And he's all that I need to fall into
Drew looks at me
I fake a smile so he won't see (Teardrops on My Guitar – Taylor Swift)

Jumat, 10 September 2010

cerpen part 1

Malam ini hujan
Kamar, 11.22 p.m

Aku menunggu telepon darinya. Dari dia yang baru beberapa bulan kukenal. Dari dia yang selalu ada untuk membuatku tertawa.

Siang terik 3 bulan yang lalu
GOR, 15.00 p.m

Aku melihat dia diantara hiruk pikuk anak- anak berseragam SMA yang hendak masuk menonton pertandingan final basket. Aku menghampirinya. Tak ada alasan untuk menghindar, dia satu- satunya orang yang kukenal di antrian yang mengular ini. Aku menyapanya,” Hey, sama siapa?”

Aku menepuknya, pelan tapi mantap, dan dia tak menyangka.

”Eh, ketemu kamu. Nonton basket? Sendirian?”, sapanya antusias.

Apapun percakapan basa- basi kami, sampailah kami pada dua bangku berjejer dan teriakan kemenangan tim yang kami dukung. Dia sendiri, dan aku sendiri. Dia naik taksi dan aku naik taksi. Dia dan aku pulang bersama.

Sore harinya
Mall, 17.00 p.m

Aku lupa bagaimana kami menjadi cepat akrab, sepertinya itu mengalir begitu saja. Tiba- tiba saja aku mendapati diriku, bercelana pendek dan berkaus putih menemaninya makan.

Sejam yang lalu dia mengirim pesan singkat. Sedang ingin makan kebab katanya, dan bertanya dimana kebab yang enak. Aku ingin sombong sedikit. Aku lebih mengenal sudut kota ini daripada dia. Aku bilang aku tahu dan dia memintaku menemaninya. Kupikir apa salahnya, daripada aku hanya duduk diam di dalam kamar dan mereka- reka kegiatan hari itu. Aku sedang bosan. Memang.

Kami mengobrol banyak. Tentang basket yang baru kemarin kami tonton. Tentang musik yang kami sukai. Bahkan hobi aneh kami masing- masing.

Sore hari 2 bulan yang lalu
Kantin, 16.00 p.m

Tak sengaja selepas kelas kami bertemu. Bertemu untuk pertama kalinya setelah 3 minggu kami tak saling sapa. Selama 3 minggu aku merasa tak ada kepentingan dengannya, dan diapun begitu. Seharusnya kami tetap menjalin komunikasi jika ingin dekat. Tapi aku merasa tak punya kebutuhan apapun. Bertanya sesuatupun aku tak ingin.

Aku tersenyum, dan dia tersenyum. Aku melambai dan dia melambai. Aku memanggil namanya dan dia memanggil namanya. Sudah. Selesai.

Malam harinya
Kamar, 19.30 p.m

Aku merasa gagal berteman. Aku ingin dekat dengannya, tapi dia seperti tak berusaha dekat denganku. Aku tak ingin terlihat konyol dengan berusaha mendapat responnya. Itu bukan aku.

Tapi aku masih ingin dekat dengannya.

Ponselku ada di tangan.

Ah, apa salahnya berbasa- basi sejenak. Toh dia mengenalku.

Aku mengetik. Menghapusnya. Aku mengetik lagi. Menghapusnya lagi. Begitu seterusnya hingga terkirim pesan juga akhirnya sejam kemudian.


Gila, kaget tadi liat kamu. Kurusan yak :p
To:
Rey
+628587890687
Sent:
20:34:58
Today

Hahaha...Justru aku ngerasa gendutan. Kamu belum tidur?
Sender:
Rey
+628587890687
Received:
20:37:23
Today

Dia membalas tak lama kemudian. Entah seperti ada yang meraung di dalam diriku. Rasanya aku punya singa kecil yang mengaum dan berlarian. Aku mengakui, sepertinya memang dia yang selama ini membuatku tersenyum tanpa sebab. Dan kegembiraan yang berlebihan itu berlangsung hingga 3 jam kemudian.

Kayaknya aku udah ngantuk nih....berarti besok kamu yang jemput aku ke konser kampus? Jangan ngaret- ngaret yah :p
To:
Rey
+628587890687
Sent:
23: 06:18
Today

Oke...kapan sih aku ngaret...aku udah lama pengen nonton konser lagian. Gud nite 
Sender:
Rey
+628587890687
Received
23:12:03
Today

Tak perlu kujelaskan betapa bahagianya aku saat itu. Aku merasa ini langkah tepat untuk kembali menjalin hubungan. Tepat saat aku mengira tak ada lagi harapan dengannya. Tepat saat aku memutuskan untuk menghapus nomornya dari listku. Tepat saat aku berusaha menganggap tak pernah berkenalan dengannya.

Sore esoknya
Taman Kampus

Kami berlari menembus kerumunan ditengah guyuran hujan. Jas hujannya yang menutupi badan kami berdua tak kuasa menahan angin yang meniupkan bulir- bulir air dari langit. Kami basah. Kami kuyup. Kami senang.

Pelan- pelan kami menyenandungkan lagu favorit kami yang dibawakan band tersebut. Tak peduli apakah kami kedinginan. Tak peduli apakah hanya kami yang berdiri di depan panggung sementara pengunjung lain memilih berteduh. Tak peduli jas hujan kuning itu mulai jatuh. Terabaikan. Terlupakan. Yang penting kami berdua. Yang penting kami bersama. Dan tanganku digenggam. Di tengah guyuran hujan. Di tengah dingin yang menusuk. Di tengah pandangan iri manusia- manusia maniak kering itu. Tiba- tiba aku merasa hangat.

Malamnya
Ruang Tamu Kos

Hujan masih juga deras. Aku mengambilkan handuk kering untuknya. Handuk yang baru keluar laundry kemarin. Handuk yang masih menguarkan aroma pelembut pakaian. Dia duduk di depanku. Dia sibuk mengeringkan rambutnya. Dia sibuk memandangku. Dia sibuk tersenyum padaku. Dia juga baru saja kumasakkan mi instan rebus. Pakai telur. Tidak pedas. Aku tahu seleranya.

”Makasih ya, udah mau nemenin. Maaf aku pake acara ngerepotin kamu”

Tersenyum. Ditingkahi uap hangat mi instan yang baru juga dia tiup.
Aku hanya menyeringai. Aku tak habis pikir, dia mau menunggu hujan di kos ku. Padahal aku tahu, hujan seperti ini, baru larut malam berhenti. Tapi dia berkeras. Aku mengalah. Aku mempersilakannya masuk, duduk di ruang tamu. Aku membuatkan mi instan untuknya. Aku merelakan handuk yang sedianya mendapat giliran digunakan minggu itu. Hanya untuknya. Cowok baik. Cowok aneh. Cowok asik. Yang baru kutemui sebulan yang lalu. Yang baru dua kali mengajakku keluar. Yang pertemuan kami dilakukan tak sengaja. Yang sampai membuatku mau bersin- bersin karena kehujanan. Hanya untuk dia.

Siang hari 5 minggu yang lalu
Foodcourt sebuah mall

Kami baru saja menghabiskan waktu di game center. Dia baru saja mengalahkanku dalam permainan Dance Dance Revolution. Tak perlu menebak, kalian pasti sudah tahu dengan posturku yang seperti ini, aku bukanlah pemain DDR yang ideal. Aku kalah. Aku lelah. Dia tertawa. Dia lapar.

Maka kami memutuskan untuk makan di foodcourt yang terletak di lantai paling atas tersebut. Kami pergi ke booth favorit masing- masing, setelah sebelumnya memutuskan untuk bertemu kembali di sofa dekat jalan masuk foodcourt. Aku pergi ke booth rice bowl yang menawarkan paket besar dengan harga murah. Sangat bersahabat denganku yang sedang kelaparan.

Saat aku kembali, dia sudah duduk manis di sofa yang kami maksud, sambil tangannya memainkan boneka kecil dari booth makanan jepang bertuliskan nomor duapuluh. Dia bergeser memberiku tempat. Kami saling diam. Sibuk mengatur napas. Sibuk mengusap peluh. Dan sibuk dengan pikiran masing- masing.

Aku memandangnya.

Dia memandangku.

“Kenapa?”, tanyanya sambil melemparkan cengiran khasnya yang selalu membuatku tampak seperti pasien UGD yang diikat karena mabuk.

“Iiih...Aku cuma ngeliatin orang jalan- jalan kok. Boleh kaaaan?”

Dan dia menatapku, menimbang, kemudian tersenyum iseng.

Kemudian makanan kami datang. Bento yang ia pesan berisi 3 jenis lauk dan kondimen berupa onion ring yang merupakan kondimen gratis bila memesan paket tersebut. Nasinya nasi jepang yang diberi selembar nori di atasnya. Dengan minuman ice green tea yang membuat gelasnya berembun. Milikku lebih simpel. Hanya chicken teriyaki ricebowl dengan minumannya berupa air mineral dingin. Sesuai diet yang dipesankan dokterku.

Kami mulai makan dan menemukan bahan pembicaraan. Banyak yang kami obrolkan. Tentang games yang kami mainkan tadi. Tentang tugas- tugas kuliahnya, juga tugas kuliahku. Tentang spot yang asyik untuk didatangi. Hingga tentang keluarga masing masing.

Tak ada yang memaksaku untuk melakukan self disclosure padanya. Semua mengalir begitu saja. Terlebih aku ingin melihat bagaimana reaksinya jika diriku tidak sesuai dengan harapannya. Aku hanya ingin dia tahu, bahwa aku ingin dia mencari tahu tentang diriku.


to be continued...

Sabtu, 29 Mei 2010

copas dari artikel untuk buletin shallom

Bertobat dan Lahir Baru

“Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” Kisah Rasul 2:37-38

Sebagai orang percaya, kita sudah sering diingatkan tentang pentingnya sebuah pertobatan sebagai tanda atas penyesalan kita terhadap dosa masa lalu.
Pertobatan sendiri adalah rasa penyesalan yang disertai dengan rasa jera atas kesalahan yang telah diperbuat kepada Tuhan, maupun sesama manusia. Namun pertobatan tidaklah sempurna tanpa disertai dengan lahir baru.

Pertobatan yang Sejati
Alkisah ada seorang pemuda yang ingin lepas dari dosa minuman keras, setiap ia maminum minuman keras, ia menyesalinya. Namun keesokan harinya ia kembali mengulangi perbuatan itu lagi. Terus ia mengulangi perbuatan itu lagi sampai ia pada titik dimana ia tidak merasa menyesal lagi dalam meminum minuman keras.
Seringkali manusia percaya berbuat dosa, kemudian meratap- ratap memohon ampun kepada Tuhan dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi. Itu belumlah cukup. Penyesalan adalah sifat alami manusia yang juga merupakan efek dari hati nurani kita. Namun untuk mengalami pertobatan yang sesungguhnya dari Tuhan, kita harus mengalami lahir baru.
Proses lahir baru merupakan efek dari rasa sesal dan jera yang disertai iman yang besar untuk tidak mengulangi perbuatan dosa dan berbuat yang lebih baik seturut dengan kehendakNya.
Namun, mengapa terkadang kita seringkali meremehkan proses kelahiran kembali sebagai orang yang percaya? Mengapa seringkali kita menganggap menyesal dan berlutut meminta maaf kepada Tuhan Yesus sudahlah cukup untuk menebus dosa yang sudah kita perbuat?
Pernahkah kita mendengar istilah ‘ Kristen Tomat’? Habis tobat besok kumat. Itu adalah contoh nyata pertobatan tanpa disertai lahir baru. Cukuplah hari ini bertobat, jika besok berbuat kesalahan lagi, bertobatlah dan meminta ampunlah lagi. Gampang kan? Namun, di mata Tuhan Yesus tidaklah segampang itu. Ada tertulis dalam Alkitab ’ Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah’. Jelas ditegaskan bahwa lahir baru merupakan aspek penting dalam meraih kembali kasih Allah yang kekal.
Kelahiran kembali dan berubah, bergerak menuju level iman yang lebih baik sangatlah diperlukan supaya kita dapat menjadi orang KRISTEN YANG SEJATI. Terus bertumbuh dan tak pernah merasa puas mendapat sentuhan pribadi dari Allah Bapa. Menjadi lebih baik daripada yang sebelumnya, terus dan terus. Hingga kita benar- benar menjadi apa yang Tuhan mau, seturut kehendakNya dan menjadi terang di tengah kegelapan.
Inilah pertobatan sejati. Pertobatan yang dilandasi penyesalan yang mendalam dan disertai keinginan yang kuat untuk membangun kembali apa yang kita telah runtuhkan sebelumnya karena dosa- dosa kita. Terus bergerak lebih dekat dengan Bapa dan inilah kita anak- anakNya yang dikasihiNya. Keep rebuilt and move!
*berth

Minggu, 27 Desember 2009

yeah...menjajah meja kerja mama dan ditemani sekaleng softdrink...postingan tengah malam ini dibuat atas asas gak ada kerjaan, sementara itu, di sebelah, adek perempuan yang baru berumur 11 tahun tiduran sambil nonton titanic, dan saya mesti bangun pagi besok buat ngambil kartu ujian...what a perfect night!

hari ini, dua hari setelah natal, dan saya melewatinya benar2 tanpa impresi...yah, ritual biasa bangun pagi, ke gereja saya lakukan sama seperti tahun2 sebelumnya...bahkan acara2 yang melibatkan keluarga pun terkesan lebih garing. satu2nya acara yang membuat saya bersemangat adalah acara foto bareng keluarga yang hanya terdiri dari mama, adek dan saya sendiri...lalu kemana si kepala keluarga??oh, kepala keluarga sedang berfoto bersama para penghuni surga...God bless him!

oke, ketika saya berangkat ke gereja, gereja penuh sesak, bahkan tenda yang disediakan pun tak cukup menampung jemaat yang meluber...hmm, inilah potret jemaat masa kini, jemaat napas, natal dan paskah..wajah2 baru bermunculan dan mereka memenuhi tempat yang di sediakan dan saya pun kebagian duduk di luar...hmm, mama masuk ke dalam karena ia bertugas sebagai pemimpin pujian...

sound system yang tersedia bagi kebutuhan jemaat di tenda kurang mantap dan udara panas...benar2 memanjakan mata yang kurang tidur ini. lama saya malah lebih memperhatikan tingkah laku jemaat daripada layar yang menampilkan prosesi ibadah di dalam gedung gereja (seraya menyalahkan sound system yang membuat saya tidak memberikan perhatian pada pendeta). Banyak sekali keluarga jemaat dari luar kota yang beribadah bersama, juga para remaja yang pada minggu biasa tidak terlihat karena sekolah di luar kota, kini memanfaatkan moment ibadah natal sebagai ajang reuni...

selesai masalah ibadah, yaah, karena tak ada lagi yang bisa saya ceritakan kecuali banyaknya peserta pembabtisan tahun ini yang mencapai, umm, kata mama sih enambelas orang...yah saya memang sedang getol menyalahkan televisi dan sound yang kelewat kecil...

pulang dan sepi...yah sepi...benar2 waktu yang tepat bersama keluarga, tapi, suasana sepi hanya berlangsung satu jam saja...berapa saat kemudian datang orang2 bertandang mengucapkan selamat natal, mengobrol dan tertawa2, makan siang lalu pamit pulang. handphone tak hentinya berdering dari orang2 terkasih, mengucapkan selamat natal dan berbagi perhatian. sebagai teman telinga, televisi dinyalakan...mendengar liputan natal sambil berkencan dengan waktu cukup efektif menghabiskan jatah 24jam tanggal 25desember itu...

saat itu saya mulai berpikir...apakah esensi natal yang sesungguhnya...sejak dulu selalu saja ditekankan...natal adalah momen berbagi kasih, tapi menurut saya bukan itu...berbagi kasih memang sendi2 utama iman nasrani...lalu apa??
pesta? jelas tidak...
ibadah?berkumpul bersama keluarga?momen untuk bertobat?hmm...saya rasa itu terlalu dangkal buat event kelahiran san Juru Selamat atau natal ini...karena semua itu bisa kita lakukan di luar event natal

lalu saya teringat ucapan seorang kakak kelas yang bilang bahwa Natal ini bukanlah ulang tahun kita, lalu kenapa malah kita yang berpesta?kenapa kita yang memohon ini itu?kenapa malah saling memberi ucapan selamat??lah yang ulang tahun siapa juga...

bukannya semua itu terlarang, tapi memang sebaiknya kita tidak terlalu tenggelam dalam euphoria dan makna natal yang berlebihan. mungkin sebaiknya jika natal kita jadikan motivasi dan batu loncatan untuk lebih dekat dengan Dia yang kelahirannya kita rayakan saban 25 desember...

selamat Natal

Sabtu, 12 Desember 2009

jangan panggil dy pengamen

Hmm....saat ini gw lagi dalam perjalanan menuju gombong pake kereta ekonomi...sejak sma d jogja, gw emang lebih seneng pulang naik kereta ekonomi daripada travel, jujur ajj, kereta emang lebih murah...tapi ada juga alesan lain, yaitu kereta ekonomi selalu ngasih warna yang berbeda...bukan karena dengan naik kereta gw berubah jd pelangi...bukan...tapi di dalem kereta selalu ada yg bisa gw pelajari...kereta ekonomi bwt gw adalah laboratorium sosial yg nyaman selain bis jalur 2 dan lampu merah...
Sejak gw make sarana kereta 3 taun lalu...ada 2 sesi pengamen yg selalu buat gw mikir...yaitu pengamen cilik sekitar 10 taunan yg ngamen setelah stasiun wates dan 2 pengamen waria yang selalu nyanyi 'bla...bla...ewer...ewer' yg ngamen menjelang stasiun purworejo...tapi yg paling menarik bwt gw adalah pengamen cilik...tiap gw naik kereta, gw pasti ketemu dia...
Dia, sebut saja mawar...haha...bukan...pan
ggil aja dy pengamen cilik menye2 wannabe adalah sosok bocah cwo umur kira2 10 taunan...dy selalu bawa ukulele dan ngamen menjelang stasiun purworejo...lagu yg dia nyanyikan selalu merupakan lagu2 yg dianggap oleh masyarakat yg menganggap diri mereka 'berselera' lagu menye2 macam st12, kangen band dan spesies macam itu...yg jadi pikiran gw adalah...
1. Dy sekolah gak y?gw mikir, uang hasil ngamen dy t dipake bwt apa ajj...sepengliatan gw, dy ngamen d kereta, taruhlah 1 gerbong isi 120 org, rata2 org ngasih dy seribu, truz belom selama perjalanan dy ngamen minimal 2kali. Penghasilan dy dari 1 gerbong kaliin jumlah gerbong kereta yaitu 12...ckck...dy masih sempet ngecet rambutnya merah...
2. Anak sekecil it udah nyanyi lagu cinta2an macam 'huga...huga...blabla...MENCINTAIMU...huwoo' atau 'eugh...hoosh...KHIANATI CINTAKU' bayangpun...anak sekecil it yg harusnya berucap wajar dan berpikir wajar seusianya udah nyanyi yg begituan...coba kalian waktu umur 10 taun...dengernya lagu apa? Apa dy ngerti artinya,,,apa dy tau maknanya...apa yg ada d otak dy wkt mengucapkan kata2 it...secara gak langsung, lagu2 begituan jg lambat laun meninggalkan impresi k otak PCM2W...buat dy dewasa sebelum waktunya...sebelum dy bisa mengkaji dan merenungi maknanya...gw rasa ini yg nyebabin generasi muda indo mengalami penurunan kualitas dari segi emosi dan rohani...
3. Gw bingung mau ngasih dy duit ato ga...kalo ngasih...gw takut ngajarin dy betah jd pengamen karena ngrasa prospek menggeluti asah suara dalam kereta sangat menjanjikan...gw pengen dy hidup normal layaknya anak seusianya...tapi kalo ga ngasih, gw kasian juga...dy masih kecil...dy ga pantes ngalamin hidup sekeras it...

Hmm...mungkin gw terlalu mikirin apa yg bukan urusan gw...tapi hal it terjadi tepat di depan mata gw dan berlangsung selama yaa...3 taunanlah...sejak gw make alat transpor kereta ekonomi yang berlabel logawa tujuan jember-purwokerto...gw ga bisa bayangin kalo it menimpa adek gw yg bru ngrasain berumur 10 taun...

Arrgh...PCM2W...masa depan lo masih panjang nak!

saatnya melihat kembali sejarah

Sejarah adalah masa lalu, dan masa lalu merupakan tuntunan dalam

melangkah menuju masa depan. Sejarah bukan hanya arsip lawas telantar

yang digunakan untuk mengisi jam pelajaran dua jam seminggu untuk anak

sekolah, ataupun deretan tahun dan foto yang terangkum dalam buku

untuk menambah koleksi perpustakaan. Namun sejarah adalah warisan

kekayaan nenek moyang tentang keberhasilan mereka dalam melewati

rangkaian fase kehidupan.

Indonesia memiliki sejarah. Sudah beratus tahun negara ini digembleng

oleh waktu. Seakan kenyang sudah Indonesia akan pengalaman pahit manis

kehidupan. Semua itu terangkum dalam catatan yang bernama sejarah.

Ribuan catatan dan kisah tentang keberhasilan Indonesia mengalahkan

rintangan waktu sudah dibuat. Kenangan- kenangan pahit akan penjajahan

maupun ingatan manis kejayaan nenek moyang kita di Majapahit dan

Sriwijaya seakan sudah melekat erat di otak kita sejak duduk di bangku

sekolah dasar. Namun, mengapa semua itu hanya sekedar tambahan ilmu

pengetahuan untuk mendongkrak nilai rapor? Tidak bisakah bangsa

Indonesia menjadikan sejarah sebagai bahan introspeksi dalam mengatasi

carut marut masalah kompleks negara ini?

Seakan sejarah sudah dilupakan. Begitulah cerminan bangsa kita saat

ini. Pernahkah kita berpikir, mengapa kerajaan masa lampau dapat

mencapai puncak kejayaanya, disegani oleh bangsa- bangsa lain karena

memiliki komoditas yang sangat berharga pada waktu itu, yaitu rempah-

rempah? Padahal, jika kita lihat masa kini, bangsa Indonesia masih

memiliki cukup banyak komoditas berharga yang tak semua negara

mempunyainya. Cadangan minyak bumi, kayu- kayu berkualitas yang

tersebar di hampir seluruh wilayah Nusantara, kekayaan maritim dan

kebanggaan akan predikat negara agraris. Namun, semua itu dikeruk

justru oleh bangsa asing dan kita hanya bisa menonton, atau melawan?

Bahkan perlawanan pun hanya terasa sebagai formalitas karena seakan

pihak berwajib terkesan santai dalam mempertahankan asset negaranya.

Sejarah juga mencatat bahwa persatuan yang solid merupakan faktor

utama pergerakan perjuangan kemerdekaan secara nasional. Patut dicatat

bahwa Indonesia merebut sendiri kemerdekaannya sementara banyak negara

terjajah lain mendapatkan kemerdekaannya berkat belas kasih tangan

penjajah. Dapat disimpulkan bahwa persatuan merupakan kekuatan besar

yang mampu membawa Indonesia pada level yang lebih baik. Namun jika

melihat saat ini, tampaknya persatuan hanya didengung- dengungkan saat

Indonesia mengalami permasalahan dengan negeri tetangga menyangkut

soal asset- asetnya, atau pada saat terjadi bencana alam. Selain itu,

persatuan adalah milik daerah masing- masing. Otonomi yang didapat,

dimanfaatkan untuk membangun daerahnya sendiri, tanpa mau turut

menggandeng daerah lain yang masih tertinggal. Pemerintah pusat juga

turut memperparah keadaan dengan memusatkan pembangunan pada ‘pulau

sendiri’ dan ‘pulau tetangga’, sedangkan ‘pulau nun jauh di seberang

sana’ dibiarkan terengah- engah membangun sementara kekayaan alamnya

tiap tahun dimanfaatkan asing bekerjasama dengan pemerintah pusat.

Lainnya tak peduli, ini menyangkut hukum alam. Tak heran jika gerakan

separatis bermunculan memuntut pengakuan.Lalu dimanakah persatuan yang

dulu membawa Indonesia mencapai kemerdekaan?

Keinginan bangsa Indonesia mengulang kejayaan masa lampau sebenarnya

begitu kuat. Hal ini tercermin dalam perjuangan Indonesia mendapatkan

kembali arsip- arsip kuno dan artefak yang diam- diam beredar di

kalangan internasional. Perdagangan artefak berusaha digagalkan dengan

keras. Pengembalian benda- benda bersejarah terus diusahakan

pemerintah dari tangan- tangan asing. Kampanye- kampanye mengenai

kunjungan ke museum digerakan. Tapi gerakan hanyalah gerakan. Tanpa

disertai tindak lanjut. Bagaimana nasib artefak- artefak yang sempat

‘diculik’ ketika mendiami ‘rumah’ barunya sekarang? Beberapa museum

mengakui bahwa mereka terkendala dana untuk perawatan benda- benda

yang bernilai historis itu. Beberapa kali penulis berkunjung ke

museum- museum yang terletak di Yogyakarta. Benda- benda koleksi yang

terpajang terlihat seperti hanya display belaka.Tanpa keterangan dan

penataanya monoton. Diletakan di tengah ruangan, atau dipajang di rak

kaca, sungguh tidak menarik hati. Petugas museum pun hanya terkesan

sebagai penunjuk jalan, tanpa proaktif memberikan keterangan tambahan

tentang benda koleksi museum.

Pengakuan dunia terhadap Indonesia pernah kita rasakah lima dekade

lalu. Saat Indonesia yang baru saja lahir setelah tigaratus tahun

menderita penjajahan. Indonesia, di bawah Soekarno, dijuluki macan

Asia karena perjuangan keras dan sepak terjangnya dalam pembangunan

masyarakat dan pergolakannya di tengah pusaran dua ideologi besar

dunia. Keteguhan hatinya untuk memilih jalan tengah saat dunia terbagi

menjadi dua kubu raksasa, blok barat dan timur, serta kontribusinya

dalam menggalang konferensi- konferensi skala dunia merupakan prestasi

yang tidak kecil. Tak heran, nama Indonesia saat itu bukanlah nama

yang remeh temeh, tapi nama yang patut disegani dan diwaspadai.

Ingatlah, Indonesia dulu adalah macan Asia. Pendirian Soekarno dalam

mencanangkan program berdikari patut diacungi jempol. Meskipun tidak

seratus persen berhasil, namun program berdikari mampu sedikit banyak

membawa bangsa Indonesia menuju kemandirian. Jika melihat waktu

sekarang, amatlah bertolak belakang. Sungguh royal pihak asing

memberikan dana, bantuan, hibah, pinjaman, kredit dan sejenisnya, dan

kita menerima semua itu.

Menilik dari sejarah masa lampau, dan menengok masa kini, rasanya

sungguh bertolak belakang. Memang sejarah adalah keadaan yang telah

lewat, namun tujuan waktu berjalan bukankah untuk memberikan pada kita

kesempatan untuk menjadi lebih baik dari masa lalu, dengan asumsi kita

telah mempunyai pengalaman dari masa lalu untuk digunakan memperbaiki

masa kini dan menjadikan masa depan lebih baik. Bukan untuk menambah

pengalaman dan berhenti di situ saja, yang berarti kebanggaan akan

pengalaman itu merupakan kebanggaan semu karena tanpa tindak lanjut

nyata dari diri kita.

Pengabaian atas sejarah Indonesia seperti ini memang sudah menjadi

masalah mendasar yang kurang mendapat perhatian, namun penting untuk

dikaji secara mendalam. Sejarah Indonesia sedikit banyak turut

memberikan jawaban untuk memecahkan permasalahan yang sudah bercokol

dalam diri bangsa ini sekian lama. Sejarah Indonesia mengukir banyak

catatan gemilang di masa lampau dan kita bangga akan hal itu. Namun

jika kebanggaan berhenti sebagai kebanggaan semata, tanpa usaha yang

konkret untuk mengambil nilai- nilai positif dan menerapkannya dalam

semua sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, tampaknya sulit bagi

negara ini untuk bangkit dari keterpurukan dan meraih kembali kejayaan

masa lalu. Dulu, Indonesia adalah penguasa lautan. Dulu, Indonesia

adalah tanah pertanian yang kaya. Dulu, Indonesia adalah zamrud

khatulistiwa. Dulu, Indonesia adala macan Asia. Siapkah kita mengulang

semua itu?

ini kisahku: bagaimana denganmu?

Aku tahu kita berbeda. Bukan, bukan karena kamu atau aku bukan manusia. Bukan itu. Kita berbeda karena satu hal. Satu hal yang yang membuat kita takkan pernah sama. Meski begitu, apakah kamu sadar bahwa aku selalu berusaha menyamakan pandanganku denganmu?

Aku ingat waktu itu, di pinggir pantai yang tenang. Lagit berwarna oranye. Aku berdiri menunggu. Entah apa, yang jelas aku sedang menantikan sesuatu dan kamu menghampiriku. Kamu membawa serta anjingmu. Langit oranye dan anjing itu kuning.

Anjing kuningmu bernama Ivan.
Ivan menatapku, ia tak mengerti siapa aku.
Kamu tak mengenalkan Ivan padaku.
Ivan mengenalkan dirinya padaku.

Oke, aku tahu itu mustahil. Tapi aku dan kamu langsung merasa dekat dalam lima menit pertama perkenalan kita. Kamu menceritakan segala hal padaku, dan aku mendengarkan. Dalam lima menit, aku tahu segalanya tentangmu. Ivan tetap sebagai latar belakang.

Besok kita bertemu lagi di pantai yang sama. Kali ini kamu datang bertiga. Dirimu, Ivan dan hormon testosteron. Entahlah, baru kali ini aku melihat dirimu yang sebenarnya. Mungkin testosteron menguatkan eksistensimu. Ivan tetap sebagai latar belakang, tapi kini ia tersenyum padaku.

Tapi kamu diam.
Mukamu keras.
Kamu berpikir terlalu jauh.
Aku mendiamkanmu.
Aku bercengkrama dengan Ivan.

Langit tak lagi oranye, tapi hijau. Aku berdiri menunggu. Entah apa, yang jelas aku sedang menantikan sesuatu dan Ivan datang menghampiriku. Ivan membawa serta kamu. Kemudian dia langsung pergi. Langit hijau dan kamu ungu.

Kita semakin dekat.
Ivan tak lagi jadi latar belakang.
Hanya ada kita berdua.
Aku dan kamu.

Kita menjadi semakin dekat. Kamu mulai berani menemuiku di mana saja. Tak cuma di pantai, kamu menemuiku ketika aku sedang kuliah, makan siang, memasak, nonton, bahkan kamu juga menemuiku di toilet. Kita menjadi semakin dekat.

Hari ini kamu menemuiku di taman. Taman bunga dengan lebah- lebah yang terus menerus mendengung. Kamu membawa juga sahabat lamamu, testosteron.

Kita berbincang akrab. Kita berbincang tentang esensi kehidupan. Juga kesamaan karakter kita. Kala itu, langit berwarna putih.

Sampai lima jam kita berbincang dan aku baru menyadari sesuatu. Ivan tak muncul. Aku menanyakannya padamu dan kamu menjawab bahwa Ivan sudah tak ada. Kamu telah melemparnya ke laut ketika kita sedang berbincang di pantai. Ivan si anjing kuning sedang mengobrol bersama ikan badut di sela- sela karang.

Aku menanyakan padamu kronologis mengapa kamu tega melemparkan Ivan ke laut. Dan kamu berkata.

‘Aku sedang menemuimu, dan Ivan membutuhkanku. Aku tahu ia sedang menarik perhatianku, tapi aku mengacuhkannya. Kami bertengkar. Ivan bilang, ada ikan badut di sela- sela karang yang mempunyai lebih banyak waktu daripada aku. Dia benci diriku yang terus- menerus menemuimu. Dia tidak benci dirimu, tetapi aku. Aku marah dan kemudian, aku melemparkannya ke laut, biar dia senang.”

Aku senang mendengarnya.

***

Aku tahu kita berbeda. Bukan, bukan karena kamu atau aku bukan manusia. Bukan itu. Tetapi sudut pandang kita.

***

Aku sedang berdiri di pinggir pantai ketika kamu menemuiku. Kamu mengatakan bahwa kamu ingin dekat denganku. Aku sedang dipenuhi oleh esterogen maka aku menyambutmu. Kita menjadi dekat. Langit berwarna cokelat ketika kita berdekatan.

Kamu memegang tanganku.
Kamu memberikan bahumu.
Kamu membelikanku sebuah hubungan.
Kamu meracau!

Kita sedang berjalan- jalan di hutan ketika kamu menemukan sebuah lubang. Aku berpamitan untuk pulang lebih dulu dan kamu memutuskan untuk memasuki lubang itu.

Langit berwarna perak dan anjing itu kuning. Kamu menemukan seekor anjing dalam lubang itu dan kamu menamakannya Kinan. Kamu ingin membawanya pulang, tapi Kinan terlanjur terikat kencang di lubang itu. Tak bisa kemana- mana.

Esok paginya, kamu menunjukkan Kinan padaku
Kamu bersemangat.
Testosteron menguasaimu.

Kamu mencari segala macam cara untuk membawa Kinan pulang. Aku tak setuju. Kinan telah mempunyai rumahnya sendiri. Dia telah hidup di situ bertahun- tahun dan kamu hendak merenggut Kinan dari rumahnya. Tetapi kamu bilang, Kinan merasa tersiksa di lubang itu. Kamu hendak memberinya tempat yang nyaman. Kamu meminta bantuanku untuk membawa pulang Kinan dan aku menolak. Aku merasa Kinan sudah cukup bahagia di lubang itu.

Kamu berapi- api. Kamu membawa segala macam perkakas untuk membebaskan Kinan. Kamu membawa pisau, berbagai macam pisau, pisau lipat, pisau silet hingga pisau dapur. Tak cukup hanya itui, kamu juga membawa gergaji listrik dan alat berat. Tapi Kinan tak juga bisa dibebaskan. Aku merasa menang.

Kamu terpuruk.
Aku mendiamkanmu.
Kinan mengajakku berbincang.
Kamu sebagai latar belakang.

Kamu tak pernah menemuiku lagi, langit berwarna hitam dan airmataku juga hitam.Aku berdiri di pinggir pantai. Menatap jauh ke depan, memandang Ivan yang sedang bertelekan dengan ikan badut. Aku sedang berusaha meresapi sebuah pesan. Tadi pagi, ketika aku baru bangun tidur, aku menemukan sebuah pesan darimu. Pesan yang ditulis dengan tinta biru diatas kertas yang juga biru. Sebuah pesan yang mengatakan bahwa kamu sudah bercinta dengan Kinan.

***

Aku tahu kita berbeda. Bukan karena kamu atau aku bukan manusia. Bukan itu, tetapi karena kamu lelaki dan aku perempuan.