Sabtu, 20 November 2010

cerpen part 2

Malam Ini Hujan

pagi hari, 2 minggu yang lalu
Kantin, 07.30 a.m

Aku menyelesaikan essay 20 halaman yang ditugaskan dosen 2 minggu yang lalu. Teh dingin yang baru saja kubeli sudah habis separuh. Sebenarnya aku butuh kopi, lebih bagus lagi susu cokelat, tapi sepagi ini? Tugas itu baru dikumpulkan setengah 10 nanti, masih ada 2 halaman dan aku ketiduran. Oke, mahasiswa juga manusia biasa yang butuh tidur.
Laptop itu diletakkan begitu saja didepanku.
“ Ngerjain sendiri nggak asyik, kamu ada tugas?”
Dia! Di depanku!
“Iya, tapi tinggal nyelesein aja, kamu?”
“Aku mau ngedit laporan kunjungan lapangan kelas kami kemarin, harus dikumpul nanti.”
Dia tersenyum, aku tersenyum, dan obrolan mengalir menemani kami dalam tugas masing- masing.

sore harinya
Kamar, 17.00 p.m

Entah apa yang ada di pikiranku, yang jelas, kini aku mulai mencuri- curi waktu kuota internet untuk melihat profilnya, tanpa berani meninggalkan jejak. Call me stalker! Tapi aku tidak mengingkarinya, aku jatuh cinta.

Aku suka caramu membuatku tersenyum
Saat hari ku kelabu
Aku suka caramu tertawa riang
Saat kau datang menyambutku

Aku suka semua perhatianmu
Aku suka caramu menjaga diriku
Aku suka semuanya tentangmu (Abdul and The Coffee Theory – Aku Suka Caramu)

malam hari, 13 hari yang lalu
Kamar, 21.00 P.M

Kami ngobrol via chatting di GTalk. Entah darimana dia menemukan akunku. Sapaannya membuatku girang luar biasa. Hey, ini saat yang tepat untuk memberinya sinyal!
Malam hari, 12 hari yang lalu
Kamar, 21.00 P.M
Kami ngobrol via chatting di GTalk. Lagi. Lebih banyak obrolan mengalir melalui jari- jari jatuh cintaku. Aku memberinya sinyal samar yang kuharap ia menyadarinya. Bukan aku jika merangsek maju, aku tidak ingin terlihat berharap. Yang kuinginkan, jika dia sadar, dialah yang bergerak.

Malam hari, 10 hari yang lalu
Kamar, 22.30 P.M

Aku menelepon sahabatku. Dia yang selalu tahu pertama kali segala masalahku, dan aku memberitahunya aku jatuh cinta. Dan dia memberiku banyak masukan berharga.
“Hmm, kamu yakin bener kamu suka sama dia?”
“Seneng juga sih, kalo diajak ngobrol gebetan, haha.”
“Kalo orang lagi jatuh cinta emang segalanya terasa indah, hmm, tapi hubungan bakal terasa dangkal kalo kalian belum terlalu deket. Kalian beru sebatas ngobrol doang kan?”
“Sampe dia belum bilang kalo dia suka, berarti belum ada rasa”
“Jangan berharap terlalu tinggi ya, mungkin kalian udah sering bareng, tapi kita nggak tahu dalemnya dia, ntar jatuhnya sakit banget lho.”
“Aku tahu, kamu lagi suka sama dia, tapi jangan terlalu fokus, aku liat kamu terlalu terpaku. Padahal masih banyak lho kesempatan di luar sana”
Aku lega sudah bercerita. Aku mulai berpikir dan mengikuti nasihatnya. Di sisi lain, aku tetap jatuh cinta.

sore hari, 2 jam yang lalu
Kamar, 18.00 P.M

Gerimis turun dari tadi siang, kadang berhenti, kadang turun lagi. Cuaca jadi agak gerah dan aku memutuskan untuk mandi, lengkap dengan treatment menyeluruh. Selesai mandi, dengan kepala masih berbungkus handuk, aku menyalakan komputerku.
Mengecek jejaring sosial, menulis apa yang ingin kutulis di MicrosoftWord dan menyimpannya di folder khusus, mengunggah beberapa file, dan mendengarkan lagu favorit. Masih lagu yang sama, lagu yang kuputar terus menerus selama hampir 2 minggu ini. Kemudian kubuka jendela Facebookku
News Feed Top News . Most Recent
What’s on your mind?
______________________________________________________________________
__________________________________________________________
Reynald went being “Single” in to” In Relationship”
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________

sore hari, detik ini
Kamar, 20.13.57

Malam ini hujan. Aku berbaring di lantai. Aku lupa mengaktifkan fitur repeat pada player komputerku, lagu yang menjadi favoritku sampai 2 jam yang lalu telah berganti dengan lagu yang lain. Pelan- pelan aku menyenandungkan diantara diam menyengat selama 2 jam. Aku sudah tak sanggup menangis. Aku patah.

Drew looks at me
I fake a smile so he won't see
What I want and I need
And everything that we should be

I'll bet she's beautiful
That girl he talks about
And she's got everything
That I have to live without

Drew talks to me
I laugh 'cause it's just so funny
I can't even see
Anyone when he's with me

He says he's so in love
He's finally got it right
I wonder if he knows
He's all I think about at night

He's the reason for the teardrops on my guitar
The only thing that keeps me wishing on a wishing star
He's the song in the car I keep singing
Don't know why I do

Drew walks by me
Can he tell that I can't breathe?
And there he goes, so perfectly
The kind of flawless I wish I could be

She better hold him tight
Give him all her love
Look in those beautiful eyes
And know she's lucky 'cause

He's the reason for the teardrops on my guitar
The only thing that keeps me wishing on a wishing star
He's the song in the car I keep singing
Don't know why I do

So I drive home alone
As I turn out the light
I'll put his picture down
And maybe get some sleep tonight

'Cuz he's the reason for the teardrops on my guitar
The only one who's got enough of me to break my heart
He's the song in the car I keep singing
Don't know why I do

He's the time taken up but there's never enough
And he's all that I need to fall into
Drew looks at me
I fake a smile so he won't see (Teardrops on My Guitar – Taylor Swift)

Jumat, 10 September 2010

cerpen part 1

Malam ini hujan
Kamar, 11.22 p.m

Aku menunggu telepon darinya. Dari dia yang baru beberapa bulan kukenal. Dari dia yang selalu ada untuk membuatku tertawa.

Siang terik 3 bulan yang lalu
GOR, 15.00 p.m

Aku melihat dia diantara hiruk pikuk anak- anak berseragam SMA yang hendak masuk menonton pertandingan final basket. Aku menghampirinya. Tak ada alasan untuk menghindar, dia satu- satunya orang yang kukenal di antrian yang mengular ini. Aku menyapanya,” Hey, sama siapa?”

Aku menepuknya, pelan tapi mantap, dan dia tak menyangka.

”Eh, ketemu kamu. Nonton basket? Sendirian?”, sapanya antusias.

Apapun percakapan basa- basi kami, sampailah kami pada dua bangku berjejer dan teriakan kemenangan tim yang kami dukung. Dia sendiri, dan aku sendiri. Dia naik taksi dan aku naik taksi. Dia dan aku pulang bersama.

Sore harinya
Mall, 17.00 p.m

Aku lupa bagaimana kami menjadi cepat akrab, sepertinya itu mengalir begitu saja. Tiba- tiba saja aku mendapati diriku, bercelana pendek dan berkaus putih menemaninya makan.

Sejam yang lalu dia mengirim pesan singkat. Sedang ingin makan kebab katanya, dan bertanya dimana kebab yang enak. Aku ingin sombong sedikit. Aku lebih mengenal sudut kota ini daripada dia. Aku bilang aku tahu dan dia memintaku menemaninya. Kupikir apa salahnya, daripada aku hanya duduk diam di dalam kamar dan mereka- reka kegiatan hari itu. Aku sedang bosan. Memang.

Kami mengobrol banyak. Tentang basket yang baru kemarin kami tonton. Tentang musik yang kami sukai. Bahkan hobi aneh kami masing- masing.

Sore hari 2 bulan yang lalu
Kantin, 16.00 p.m

Tak sengaja selepas kelas kami bertemu. Bertemu untuk pertama kalinya setelah 3 minggu kami tak saling sapa. Selama 3 minggu aku merasa tak ada kepentingan dengannya, dan diapun begitu. Seharusnya kami tetap menjalin komunikasi jika ingin dekat. Tapi aku merasa tak punya kebutuhan apapun. Bertanya sesuatupun aku tak ingin.

Aku tersenyum, dan dia tersenyum. Aku melambai dan dia melambai. Aku memanggil namanya dan dia memanggil namanya. Sudah. Selesai.

Malam harinya
Kamar, 19.30 p.m

Aku merasa gagal berteman. Aku ingin dekat dengannya, tapi dia seperti tak berusaha dekat denganku. Aku tak ingin terlihat konyol dengan berusaha mendapat responnya. Itu bukan aku.

Tapi aku masih ingin dekat dengannya.

Ponselku ada di tangan.

Ah, apa salahnya berbasa- basi sejenak. Toh dia mengenalku.

Aku mengetik. Menghapusnya. Aku mengetik lagi. Menghapusnya lagi. Begitu seterusnya hingga terkirim pesan juga akhirnya sejam kemudian.


Gila, kaget tadi liat kamu. Kurusan yak :p
To:
Rey
+628587890687
Sent:
20:34:58
Today

Hahaha...Justru aku ngerasa gendutan. Kamu belum tidur?
Sender:
Rey
+628587890687
Received:
20:37:23
Today

Dia membalas tak lama kemudian. Entah seperti ada yang meraung di dalam diriku. Rasanya aku punya singa kecil yang mengaum dan berlarian. Aku mengakui, sepertinya memang dia yang selama ini membuatku tersenyum tanpa sebab. Dan kegembiraan yang berlebihan itu berlangsung hingga 3 jam kemudian.

Kayaknya aku udah ngantuk nih....berarti besok kamu yang jemput aku ke konser kampus? Jangan ngaret- ngaret yah :p
To:
Rey
+628587890687
Sent:
23: 06:18
Today

Oke...kapan sih aku ngaret...aku udah lama pengen nonton konser lagian. Gud nite 
Sender:
Rey
+628587890687
Received
23:12:03
Today

Tak perlu kujelaskan betapa bahagianya aku saat itu. Aku merasa ini langkah tepat untuk kembali menjalin hubungan. Tepat saat aku mengira tak ada lagi harapan dengannya. Tepat saat aku memutuskan untuk menghapus nomornya dari listku. Tepat saat aku berusaha menganggap tak pernah berkenalan dengannya.

Sore esoknya
Taman Kampus

Kami berlari menembus kerumunan ditengah guyuran hujan. Jas hujannya yang menutupi badan kami berdua tak kuasa menahan angin yang meniupkan bulir- bulir air dari langit. Kami basah. Kami kuyup. Kami senang.

Pelan- pelan kami menyenandungkan lagu favorit kami yang dibawakan band tersebut. Tak peduli apakah kami kedinginan. Tak peduli apakah hanya kami yang berdiri di depan panggung sementara pengunjung lain memilih berteduh. Tak peduli jas hujan kuning itu mulai jatuh. Terabaikan. Terlupakan. Yang penting kami berdua. Yang penting kami bersama. Dan tanganku digenggam. Di tengah guyuran hujan. Di tengah dingin yang menusuk. Di tengah pandangan iri manusia- manusia maniak kering itu. Tiba- tiba aku merasa hangat.

Malamnya
Ruang Tamu Kos

Hujan masih juga deras. Aku mengambilkan handuk kering untuknya. Handuk yang baru keluar laundry kemarin. Handuk yang masih menguarkan aroma pelembut pakaian. Dia duduk di depanku. Dia sibuk mengeringkan rambutnya. Dia sibuk memandangku. Dia sibuk tersenyum padaku. Dia juga baru saja kumasakkan mi instan rebus. Pakai telur. Tidak pedas. Aku tahu seleranya.

”Makasih ya, udah mau nemenin. Maaf aku pake acara ngerepotin kamu”

Tersenyum. Ditingkahi uap hangat mi instan yang baru juga dia tiup.
Aku hanya menyeringai. Aku tak habis pikir, dia mau menunggu hujan di kos ku. Padahal aku tahu, hujan seperti ini, baru larut malam berhenti. Tapi dia berkeras. Aku mengalah. Aku mempersilakannya masuk, duduk di ruang tamu. Aku membuatkan mi instan untuknya. Aku merelakan handuk yang sedianya mendapat giliran digunakan minggu itu. Hanya untuknya. Cowok baik. Cowok aneh. Cowok asik. Yang baru kutemui sebulan yang lalu. Yang baru dua kali mengajakku keluar. Yang pertemuan kami dilakukan tak sengaja. Yang sampai membuatku mau bersin- bersin karena kehujanan. Hanya untuk dia.

Siang hari 5 minggu yang lalu
Foodcourt sebuah mall

Kami baru saja menghabiskan waktu di game center. Dia baru saja mengalahkanku dalam permainan Dance Dance Revolution. Tak perlu menebak, kalian pasti sudah tahu dengan posturku yang seperti ini, aku bukanlah pemain DDR yang ideal. Aku kalah. Aku lelah. Dia tertawa. Dia lapar.

Maka kami memutuskan untuk makan di foodcourt yang terletak di lantai paling atas tersebut. Kami pergi ke booth favorit masing- masing, setelah sebelumnya memutuskan untuk bertemu kembali di sofa dekat jalan masuk foodcourt. Aku pergi ke booth rice bowl yang menawarkan paket besar dengan harga murah. Sangat bersahabat denganku yang sedang kelaparan.

Saat aku kembali, dia sudah duduk manis di sofa yang kami maksud, sambil tangannya memainkan boneka kecil dari booth makanan jepang bertuliskan nomor duapuluh. Dia bergeser memberiku tempat. Kami saling diam. Sibuk mengatur napas. Sibuk mengusap peluh. Dan sibuk dengan pikiran masing- masing.

Aku memandangnya.

Dia memandangku.

“Kenapa?”, tanyanya sambil melemparkan cengiran khasnya yang selalu membuatku tampak seperti pasien UGD yang diikat karena mabuk.

“Iiih...Aku cuma ngeliatin orang jalan- jalan kok. Boleh kaaaan?”

Dan dia menatapku, menimbang, kemudian tersenyum iseng.

Kemudian makanan kami datang. Bento yang ia pesan berisi 3 jenis lauk dan kondimen berupa onion ring yang merupakan kondimen gratis bila memesan paket tersebut. Nasinya nasi jepang yang diberi selembar nori di atasnya. Dengan minuman ice green tea yang membuat gelasnya berembun. Milikku lebih simpel. Hanya chicken teriyaki ricebowl dengan minumannya berupa air mineral dingin. Sesuai diet yang dipesankan dokterku.

Kami mulai makan dan menemukan bahan pembicaraan. Banyak yang kami obrolkan. Tentang games yang kami mainkan tadi. Tentang tugas- tugas kuliahnya, juga tugas kuliahku. Tentang spot yang asyik untuk didatangi. Hingga tentang keluarga masing masing.

Tak ada yang memaksaku untuk melakukan self disclosure padanya. Semua mengalir begitu saja. Terlebih aku ingin melihat bagaimana reaksinya jika diriku tidak sesuai dengan harapannya. Aku hanya ingin dia tahu, bahwa aku ingin dia mencari tahu tentang diriku.


to be continued...

Sabtu, 29 Mei 2010

copas dari artikel untuk buletin shallom

Bertobat dan Lahir Baru

“Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” Kisah Rasul 2:37-38

Sebagai orang percaya, kita sudah sering diingatkan tentang pentingnya sebuah pertobatan sebagai tanda atas penyesalan kita terhadap dosa masa lalu.
Pertobatan sendiri adalah rasa penyesalan yang disertai dengan rasa jera atas kesalahan yang telah diperbuat kepada Tuhan, maupun sesama manusia. Namun pertobatan tidaklah sempurna tanpa disertai dengan lahir baru.

Pertobatan yang Sejati
Alkisah ada seorang pemuda yang ingin lepas dari dosa minuman keras, setiap ia maminum minuman keras, ia menyesalinya. Namun keesokan harinya ia kembali mengulangi perbuatan itu lagi. Terus ia mengulangi perbuatan itu lagi sampai ia pada titik dimana ia tidak merasa menyesal lagi dalam meminum minuman keras.
Seringkali manusia percaya berbuat dosa, kemudian meratap- ratap memohon ampun kepada Tuhan dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi. Itu belumlah cukup. Penyesalan adalah sifat alami manusia yang juga merupakan efek dari hati nurani kita. Namun untuk mengalami pertobatan yang sesungguhnya dari Tuhan, kita harus mengalami lahir baru.
Proses lahir baru merupakan efek dari rasa sesal dan jera yang disertai iman yang besar untuk tidak mengulangi perbuatan dosa dan berbuat yang lebih baik seturut dengan kehendakNya.
Namun, mengapa terkadang kita seringkali meremehkan proses kelahiran kembali sebagai orang yang percaya? Mengapa seringkali kita menganggap menyesal dan berlutut meminta maaf kepada Tuhan Yesus sudahlah cukup untuk menebus dosa yang sudah kita perbuat?
Pernahkah kita mendengar istilah ‘ Kristen Tomat’? Habis tobat besok kumat. Itu adalah contoh nyata pertobatan tanpa disertai lahir baru. Cukuplah hari ini bertobat, jika besok berbuat kesalahan lagi, bertobatlah dan meminta ampunlah lagi. Gampang kan? Namun, di mata Tuhan Yesus tidaklah segampang itu. Ada tertulis dalam Alkitab ’ Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah’. Jelas ditegaskan bahwa lahir baru merupakan aspek penting dalam meraih kembali kasih Allah yang kekal.
Kelahiran kembali dan berubah, bergerak menuju level iman yang lebih baik sangatlah diperlukan supaya kita dapat menjadi orang KRISTEN YANG SEJATI. Terus bertumbuh dan tak pernah merasa puas mendapat sentuhan pribadi dari Allah Bapa. Menjadi lebih baik daripada yang sebelumnya, terus dan terus. Hingga kita benar- benar menjadi apa yang Tuhan mau, seturut kehendakNya dan menjadi terang di tengah kegelapan.
Inilah pertobatan sejati. Pertobatan yang dilandasi penyesalan yang mendalam dan disertai keinginan yang kuat untuk membangun kembali apa yang kita telah runtuhkan sebelumnya karena dosa- dosa kita. Terus bergerak lebih dekat dengan Bapa dan inilah kita anak- anakNya yang dikasihiNya. Keep rebuilt and move!
*berth